Neraca
sisa merupakan bahan pokok untuk menyusun laporan keuangan. Namun demikian,
neraca sisa tidak dapat langsung digunakan untuk menyusun laporan keuangan
karena tidak semua saldo yang terdapat pada buku besar menunjukkan keadaan yang
sebenarnya.
Akun
yang sudah menunjukkan keadaan yang sebenarnya dapat digunakan langsung untuk
menyusun laporan keuangan, sedangkan yang belum menunjukkan keadaan yang
sebenarnya harus disesuaikan lebih dahulu. Buku/daftar yang digunakan untuk
mencatat akun buku besar yang perlu disesuaikan agar menunjukkan keadaan yang
sebenarnya dinamakan jurnal penyesuaian. Tujuan penyesuaian adalah untuk
memisahkan antara biaya yang sudah menjadi beba pada suatu periode akuntansi
dengan yang belum. Selain itu, antara pendapatan yang sudah menjadi hak dan
yang belum menjadi hak.
B.
Akun
yang perlu disesuaikan
Akun
yang biasanya memerlukan penyesuaian antara lain sebagai berikut :
1. Beban
yang masih harus dibayar/utang biaya
2. Perlengkapan/bahan
habis pakai
3. Pendapatan
yang masih harus diterima/piutang pendapatan.
4. Penyusutan
aktiva tetap
5. Beban
dibayar dimuka
6. Pendapatan
diterima dimuka
7. Piutang
tidak tertagih
C.
Contoh
Data Penyesuaian dan Jurnalnya
1.
Perlengkapan
Seandainya
perlengkapan yang ada di neraca sisa memperlihatka jumlah Rp 400.000. Setelah
dihitung secara fisik persediaan perlengkapan pada tanggal 31 Desember Rp
200.000. Ini berarti perlengkapan yang telah dipakai untuk kegiatan perusahaan
berjumlah Rp 200.000 yaitu (Rp 400.000 – Rp 200.000).
Jurnal
penyesuaian untuk mencatat beban perlengkapan :
(D)
Beban perlengkapan Rp 200.000
(K)
Perlengkapan Rp 200.000
2.
Beban
yang Masih Harus Dibayar
Perusahaan
membayar upah pegawai mingguan setiap hari sabtu. Tarif upah Rp 50.000 per
hari. Pembayaran upah terakhir tanggal 28 Desember. Dengan demikian, upah
karyawan tanggal 30 dan 31 desember belum dibayar karena baru akan dibayar pada
hari Sabtu tanggal 4 Januari tahun berikutnya. Ini berarti sampai akhir periode
akuntansi terdapat upah yang belum dibayar 2 hari @Rp 50.000 = Rp 100.000
Jurnal
penyesuaiannya :
(D)
Beban gaji Rp 100.000
(K)
Utang gaji Rp 100.000
3.
Pendapatan
yang Masih Harus Diterima
Suatu
perusahaan menyimpan uang di Bank Syariah Rp 900.000 pada tanggal 1 September 2016. Suku
bungaya 15%/tahun dan bunga diterima setiap 6 bulan sekali (tiap 1 Maret dan 1
September). Ini berarti bunga 6 bulan pertama baru akan diterima tanggal 1
Maret 2017 sehingga sampai akhir periode akuntansi terdapat bunga yang ditunda
penerimaannya selama 1 september – 31 Desember) yaitu 4/12 x 15% x Rp 900.000 =
Rp 45.000.
Jurnal
penyesuaian :
(D)
Piutang bunga Rp 45.000
(K)
Pendapatan bunga Rp 45.000
4.
Penyusutan
Aktiva Tetap
Di
neraca sisa, akun peralatan kantor memperlihatkan jumlah Rp 1.900.000.
Diputuskan oleh manajemen bahwa penyusutan 10% per tahun. Ini berarti
penyusutan tiap tahun 10%
x Rp 1.900.000 = Rp 190.000
Jurnal
penyesuaian :
(D)
Beban penyusutan peralatan Rp
190.000
(K)
Akumulasi penyusutan peralatan Rp
190.000
5.
Beban
Dibayar Di Muka
Tanggal
1 April 2016 perusahaan membayar premi asuransi untuk satu tahun Rp 200.000.
Bagaimana jurnal pada saat tanggal 1 April 2016 dan 31 Desember 2016 dengan
menggunakan dua pendekatan yaitu :
a. Pendekatan
Neraca atau Pendekatan Aktiva
Jurnal pada waktu membayar premi asuransi (1 April
2016)
(D) Asuransi dibayar dimuka Rp 200.000
(K) Kas Rp
200.000
(Premi asuransi dianggap sebagai aktiva)
Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
(D)
Beban Asuransi Rp
150.000
(K) Asuransi dibayar dimuka Rp 150.000
(Pencatatan/pengakuan beban asuransi 1
April-31 Desember = 9 bulan)
b. Pendekatan
Laba Rugi atau Pendekatan Beban
Jurnal waktu membayar premi asuransi (1 April 2016)
(D) Beban Asuransi Rp
200.000
(K) Kas Rp
200.000
Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
(D) Asuransi dibayar dimuka Rp 50.000
(K) Beban Asuransi Rp 50.000
(Pencatatan beban asuransi yang belum terpakai
sampai 31 Desember = 3 bulan)
6.
Pendapatan
Diterima di Muka
Penerimaan
pendapatan pada umumnya dicatat dalam akun pendapatan (disebut menggunakan
pendekatan laba rugi/pendapatan), tetapi kadang-kadang pendapatan yang diterima
untuk lebih dari satu periode dicatat dalam akun pendapatan diterima di muka
(disebut pendekatan neraca/utang).
Pada
tanggal 1 Juli 2016 diterima sewa untuk 2 tahun sebesar Rp 1.900.000,-. Jurnal
pada tanggal 1 Juli 2016 da jurnal penyesuaian pada tanggal 31 desember 2016
dengan menggunakan dua pendekatan yaitu :
a. Pendekatan
Neraca atau Pendekatan Aktiva
Jurnal pada waktu menerima sewa (1 Juli 2016)
(D) Kas Rp 1.900.000
(K) Sewa diterima dimuka Rp 1.900.000
(Premi asuransi dianggap sebagai aktiva)
Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
(D)
Sewa diterima dimuka Rp 475.000
(K) Pendapatan sewa Rp 475.000
(Pencatatan/pengakuan 1 Juli-31 Desember
2016 = 6 bulan)
b. Pendekatan
Laba Rugi atau Pendekatan Beban
Jurnal waktu membayar premi asuransi (1 Juli 2016)
(D) Kas Rp 1.900.000
(K) Pendapatan Sewa Rp
1.900.000
Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
(D) Pendapatan sewa Rp 1.425.000
(K) Sewa diterima dimuka Rp 1.425.000
(Pencatatan yang belum terpakai 31 Desember 2016
sampai 1 Juli 2018 = 18 bulan)
7.
Piutang
Tak Tertagih
Piutang
yang terjadi tidak selamanya dapat ditagih dengan mulus, kadang-kadang ada
debitur yang tidak membayar utangnya karena memang usahanya sedang bangkrut
atau karena hal lainnya. Jika terdapat piutang yang tidak dapat diterima
pembayarannya berarti terjadi kerugian maka harus dicatat dalam akun kerugian
piutang tak tertagih melalui jurnal penyesuaian.
Ada
dua metode untuk mencatat kerugian piutang tidak tertagih sebagai berikut :
a. Metode
Langsung (Direct Methode)
Kerugian piutang tak tertagih dicatat pada saat
piutang usaha tersebut nyata-nyata tak dapat ditagih. Kerugian tersebut
langsung dicatat dalam akun kerugian piutang tak tertagih, dengan jurnal :
(D) Kerugian piutang tak tertagih Rp 200.000
(K) Piutang Usaha Rp
200.000
b. Metode
Tidak Langsung (Indirect Methode)
Kerugian piutang tidak tertagih dicatat pada periode
terjadinya piutang berdasarkan taksiran melalui jurnal penyesuaian :
(D) Kerugian piutang tak tertagih Rp 200.000
(K) Cadangan piutang tak tertagih Rp
200.000
Setiap penghapusan piutang untuk piutang yang sudah
tidak dapat diharapkan lagi pembayarannya dibebakan ke cadangan piutang tak
tertagih dengan jurnal :
(D) Cadangan piutang tidak tertagih Rp 200.000
(K) Piutang Usaha Rp
200.000
Referensi Buku :
Toto
Sucipto, dkk, 2004, Siklus Akuntansi,
Penerbit Yudhistira, Jakarta
Soemarso,
2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
No comments:
Post a Comment
Terima kasih telah berkunjung