05 September 2017

PENGERTIAN JURNAL PENYESUAIAN



A.   
Pengertian Jurnal Penyesuaian
Neraca sisa merupakan bahan pokok untuk menyusun laporan keuangan. Namun demikian, neraca sisa tidak dapat langsung digunakan untuk menyusun laporan keuangan karena tidak semua saldo yang terdapat pada buku besar menunjukkan keadaan yang sebenarnya.
Akun yang sudah menunjukkan keadaan yang sebenarnya dapat digunakan langsung untuk menyusun laporan keuangan, sedangkan yang belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya harus disesuaikan lebih dahulu. Buku/daftar yang digunakan untuk mencatat akun buku besar yang perlu disesuaikan agar menunjukkan keadaan yang sebenarnya dinamakan jurnal penyesuaian. Tujuan penyesuaian adalah untuk memisahkan antara biaya yang sudah menjadi beba pada suatu periode akuntansi dengan yang belum. Selain itu, antara pendapatan yang sudah menjadi hak dan yang belum menjadi hak.


B.     Akun yang perlu disesuaikan
Akun yang biasanya memerlukan penyesuaian antara lain sebagai berikut :
            1.      Beban yang masih harus dibayar/utang biaya
            2.      Perlengkapan/bahan habis pakai
            3.      Pendapatan yang masih harus diterima/piutang pendapatan.
            4.      Penyusutan aktiva tetap
            5.      Beban dibayar dimuka
            6.      Pendapatan diterima dimuka
            7.      Piutang tidak tertagih


C.    Contoh Data Penyesuaian dan Jurnalnya
1.      Perlengkapan
Seandainya perlengkapan yang ada di neraca sisa memperlihatka jumlah Rp 400.000. Setelah dihitung secara fisik persediaan perlengkapan pada tanggal 31 Desember Rp 200.000. Ini berarti perlengkapan yang telah dipakai untuk kegiatan perusahaan berjumlah Rp 200.000 yaitu (Rp 400.000 – Rp 200.000).
Jurnal penyesuaian untuk mencatat beban perlengkapan :
(D) Beban perlengkapan                     Rp 200.000
(K) Perlengkapan                                                        Rp 200.000

2.      Beban yang Masih Harus Dibayar
Perusahaan membayar upah pegawai mingguan setiap hari sabtu. Tarif upah Rp 50.000 per hari. Pembayaran upah terakhir tanggal 28 Desember. Dengan demikian, upah karyawan tanggal 30 dan 31 desember belum dibayar karena baru akan dibayar pada hari Sabtu tanggal 4 Januari tahun berikutnya. Ini berarti sampai akhir periode akuntansi terdapat upah yang belum dibayar 2 hari @Rp 50.000 = Rp 100.000
Jurnal penyesuaiannya :
(D) Beban gaji                                     Rp 100.000
(K) Utang gaji                                                             Rp 100.000

3.      Pendapatan yang Masih Harus Diterima
Suatu perusahaan menyimpan uang di Bank Syariah Rp 900.000 pada tanggal 1 September 2016. Suku bungaya 15%/tahun dan bunga diterima setiap 6 bulan sekali (tiap 1 Maret dan 1 September). Ini berarti bunga 6 bulan pertama baru akan diterima tanggal 1 Maret 2017 sehingga sampai akhir periode akuntansi terdapat bunga yang ditunda penerimaannya selama 1 september – 31 Desember) yaitu 4/12 x 15% x Rp 900.000 =  Rp 45.000.
Jurnal penyesuaian :
(D) Piutang bunga                               Rp   45.000
(K) Pendapatan bunga                                                            Rp   45.000

4.      Penyusutan Aktiva Tetap
Di neraca sisa, akun peralatan kantor memperlihatkan jumlah Rp 1.900.000. Diputuskan oleh manajemen bahwa penyusutan 10% per tahun. Ini berarti penyusutan tiap tahun 10% x Rp 1.900.000 =     Rp 190.000
Jurnal penyesuaian :
(D) Beban penyusutan peralatan         Rp 190.000
(K) Akumulasi penyusutan peralatan                          Rp 190.000

5.      Beban Dibayar Di Muka
Tanggal 1 April 2016 perusahaan membayar premi asuransi untuk satu tahun Rp 200.000. Bagaimana jurnal pada saat tanggal 1 April 2016 dan 31 Desember 2016 dengan menggunakan dua pendekatan yaitu :
a.      Pendekatan Neraca atau Pendekatan Aktiva
Jurnal pada waktu membayar premi asuransi (1 April 2016)
(D) Asuransi dibayar dimuka        Rp 200.000
(K) Kas                                                                 Rp 200.000
(Premi asuransi dianggap sebagai aktiva)

      Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
      (D) Beban Asuransi                      Rp 150.000
      (K) Asuransi dibayar dimuka                                Rp 150.000
      (Pencatatan/pengakuan beban asuransi 1 April-31 Desember = 9 bulan)
b.      Pendekatan Laba Rugi atau Pendekatan Beban
Jurnal waktu membayar premi asuransi (1 April 2016)
(D) Beban Asuransi                      Rp 200.000
(K) Kas                                                               Rp 200.000

Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
(D) Asuransi dibayar dimuka        Rp  50.000
(K) Beban Asuransi                                              Rp  50.000
(Pencatatan beban asuransi yang belum terpakai sampai 31 Desember = 3 bulan)
  
6.      Pendapatan Diterima di Muka
Penerimaan pendapatan pada umumnya dicatat dalam akun pendapatan (disebut menggunakan pendekatan laba rugi/pendapatan), tetapi kadang-kadang pendapatan yang diterima untuk lebih dari satu periode dicatat dalam akun pendapatan diterima di muka (disebut pendekatan neraca/utang).
Pada tanggal 1 Juli 2016 diterima sewa untuk 2 tahun sebesar Rp 1.900.000,-. Jurnal pada tanggal 1 Juli 2016 da jurnal penyesuaian pada tanggal 31 desember 2016 dengan menggunakan dua pendekatan yaitu :
a.      Pendekatan Neraca atau Pendekatan Aktiva
Jurnal pada waktu menerima sewa (1 Juli 2016)
(D) Kas                                         Rp 1.900.000
(K) Sewa diterima dimuka                                    Rp 1.900.000
(Premi asuransi dianggap sebagai aktiva)

      Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
      (D) Sewa diterima dimuka            Rp   475.000
      (K) Pendapatan sewa                                            Rp    475.000
      (Pencatatan/pengakuan 1 Juli-31 Desember 2016 =  6 bulan)
b.      Pendekatan Laba Rugi atau Pendekatan Beban
Jurnal waktu membayar premi asuransi (1 Juli 2016)
(D) Kas                                         Rp 1.900.000
(K) Pendapatan Sewa                                           Rp 1.900.000

Jurnal Penyesuaian (31 Desember 2016)
(D) Pendapatan sewa                    Rp 1.425.000
(K) Sewa diterima dimuka                                    Rp 1.425.000
(Pencatatan yang belum terpakai 31 Desember 2016 sampai 1 Juli 2018 = 18 bulan)

7.      Piutang Tak Tertagih
Piutang yang terjadi tidak selamanya dapat ditagih dengan mulus, kadang-kadang ada debitur yang tidak membayar utangnya karena memang usahanya sedang bangkrut atau karena hal lainnya. Jika terdapat piutang yang tidak dapat diterima pembayarannya berarti terjadi kerugian maka harus dicatat dalam akun kerugian piutang tak tertagih melalui jurnal penyesuaian.
Ada dua metode untuk mencatat kerugian piutang tidak tertagih sebagai berikut :
a.      Metode Langsung (Direct Methode)
Kerugian piutang tak tertagih dicatat pada saat piutang usaha tersebut nyata-nyata tak dapat ditagih. Kerugian tersebut langsung dicatat dalam akun kerugian piutang tak tertagih, dengan jurnal :
(D) Kerugian piutang tak tertagih             Rp 200.000
(K) Piutang Usaha                                                                 Rp 200.000
b.      Metode Tidak Langsung (Indirect Methode)
Kerugian piutang tidak tertagih dicatat pada periode terjadinya piutang berdasarkan taksiran melalui jurnal penyesuaian :
(D) Kerugian piutang tak tertagih             Rp 200.000
(K) Cadangan piutang tak tertagih                                          Rp 200.000

Setiap penghapusan piutang untuk piutang yang sudah tidak dapat diharapkan lagi pembayarannya dibebakan ke cadangan piutang tak tertagih dengan jurnal :
(D) Cadangan piutang tidak tertagih        Rp 200.000
(K) Piutang Usaha                                                                 Rp 200.000

Referensi Buku :
Toto Sucipto, dkk, 2004, Siklus Akuntansi, Penerbit Yudhistira, Jakarta
Soemarso, 2004, Akuntansi Suatu Pengantar, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung