21 October 2023

JENIS-JENIS PUNGUTAN PEMERINTAH

 



Ada beberapa pungutan lainnya yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selain pajak, yaitu :

  1. Retribusi, yaitu pembayaran kepada pemerintah yang dilakukan oleh seseorang atau badan yang menggunakan jasa pemerintah, umumnya atas jasa atau pemberian izin tertentu oleh pemerintah daerah dimana pembayar mendapat manfaat yang langsung. Retribusi terdiri atas retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan khusus. Seperti retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB), retribusi pengujian kenderaan bermotor, retribusi pasar, retribusi parker, retribusi pelayanan kesehatan, dan sebagainya.
  2. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang-barang tertentu yang telah ditetapkan pemerintah, biasanya untuk barang yang konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negative bagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan. Seperti hasil tembakau (rokok, cerutu, tembakau iris), dan sebagainya.
  3. Bea Masuk, yaitu pungutan Negara berdasarkan undang-undang yang dikenakan terhadap barang yang memasuki daerah pabean sebagai salah satu jenis pajak berdasar asas domisili. Sedangkan bea keluar yaitu pungutan Negara yang dikenakan terhadap barang ekspor.
  4. Bea Materai, yaitu pajak yang dikenakan atas dokumen yang bersifat perdata maupun dokumen untuk digunakan dipengadilan. Nilai bea materai yang berlaku saat ini sesuai UU Nomor 10 tahun 2020 adalah tarif tunggal yaitu Rp 10.000.
  5. Iuran, yaitu pungutan yang dikenakan sehubungan dengan suatu jasa atau fasilitas yang diberikan pemerintah secara langsung dan nyata kepada seseorang atau badan pembayar. Seperti iuran izin usaha pemanfaatan hutan, iuran usaha pemanfaatan air dalam kawasan hutan konservasi. Iuran ini sifatnya mirip dengan retribusi pada pemerintah daerah, tapi diatur dengan peraturan yang berbeda.
  6. Opsen, yaitu pungutan tambahan pajak oleh pemerintah daerah menurut persentase tertentu. Seperti Opsen bea balik nama kenderaan bermotor yang dipungut pemerintah kabupaten/kota, Opsen pajak mineral bukan logam dan batuan yang dipungut pemerintah provinsi.




20 October 2023

PENGERTIAN PAJAK, CIRI-CIRI DAN FUNGSI PAJAK



PENGERTIAN PAJAK

  1. Menurut UU KUP Nomor 16 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 1 pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
  2. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa-jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.
  3. Menurut Prof. Dr. P.J.A Adriani pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oeleh mereka yang wajib membayarnya menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan.

 

CIRI-CIRI PAJAK

Adapun ciri-ciri yang melekat pada pajak, yaitu :

  1. Pajak merupakan kntribusi wajib yang berlaku bagi setiap warga Negara. Hal ini mengartikan setiap warga Negara yang telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Wajib Pajak adalah warga Negara yang telah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif.
  2. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang serta aturan pelaksanaannya.
  3. Warga Negara tidak mendapat imbalan (kontra prestasi) langsung dari pemerintah.
  4. Pajak dipungut oleh Negara dan dapat dipaksakan (baik oleh pemerintah pusat maupun daerah).
  5. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah yakni pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.


FUNGSI PAJAK

Ada beberapa fungsi pajak yang dapat dipahami, yaitu :

  1. Fungsi Anggaran (Budgetair), yaitu sebagai sumber pendapatan negara pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Dalam menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, suatu negara tentu saja membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperolehdari penerimaan pajak. Misalnya, pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan dan sebagainya.
  2. Fungsi Mengatur (Regulerend), yaitu pemerintah bias mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur pajak bias digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Misalnya dalam rangka menggiring penanaman modal baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
  3. Fungsi Stabilitas, yaitu dengan adanya pajak pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal ini bias dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
  4. Fungsi Redistribusi Pendapatan, yaitu pajak yang sudah dipungut oleh Negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.  


20 June 2023

6 SYARAT PEMBAYARAN DALAM TRANSAKSI PERUSAHAAN DAGANG


 

Ada 6 syarat pembayaran dalam melakukan transaksi jual beli pada perusahaan dagang, yaitu :

1. Tunai atau Kontan
    Syarat pembayaran jual beli yang langsung dilakukan saat terjadinya transaksi. Media pembayaran yang digunakan dapat berupa cek, giro bilyet maupun dalam bentuk uang tunai. Misalnya tanggal 10 Januari 2022 PT. BMA melakukan pembelian barang dagang sebesar Rp 10.000.000, maka pembayaran langsung dibayar pada tanggal 10 Januari 2022 saat berlangsungnya transaksi.
Jurnal saat pembelian dan pembayaran :
10/1/2022 (D) Pembelian             Rp 10.000.000
                  (K)      Kas                                 Rp 10.000.000   

2. n/30
  Syarat pembayaran jual beli yang harus dilakukan paling lambat 30 hari setelah terjadinya transaksi. Misalnya tanggal 10 Januari 2022 PT. BMA melakukan pembelian barang dagang sebesar Rp 10.000.000 dengan syarat n/30, maka pembayaran akan dilakukan pada tanggal 9 Februari 2022.
Jurnal saat pembelian :
10/1/2022 (D) Pembelian                Rp 10.000.000
                  (K)       Utang Usaha                   Rp 10.000.000

Jurnal saat pembayaran :
9/2/2022   (D) Utang Usaha              Rp 10.000.000
                  (K)       Kas                                    Rp 10.000.000


3. 2/10-n/30
  Syarat pembayaran jual beli yang harus dilakukan paling lambat 30 hari setelah terjadinya transaksi, dan apabila dilakukan pembayaran dalam jangka waktu 10 hari setelah transaksi maka akan mendapatkan potongan sebesar 2%. Misalnya tanggal 10 Januari 2022 PT. BMA melakukan pembelian barang dagang sebesar Rp 10.000.000 dengan syarat 2/10-n/30, maka pembayaran paling lama tanggal 9 Februari 2022. Apabila melakuka pembayaran tanggal 15 Januari 2022, maka akan mendapatkan potongan 2%. 
Jurnal saat pembelian :
10/1/2022 (D) Pembelian                               Rp 10.000.000
                  (K)       Utang Usaha                                 Rp 10.000.000

Jurnal saat pembayaran dalam jangka waktu 10 hari :
15/1/2022 (D) Utang Usaha                           Rp  10.000.000
                  (K)       Potongan Pembelian                   Rp    200.000
                  (K)       Kas                                                  Rp 9.800.000  

Jurnal saat pembayaran dalam jangka waktu 30 hari :
9/2/2022   (D) Utang Usaha                           Rp   10.000.000
                  (K)       Kas                                                  Rp 10.000.000

4. EOM (End of Month)
    Syarat pembayaran jual beli yang harus dilakukan paling lama pada akhir bulan setelah transaksi terjadi. Misalnya tanggal 10 Januari 2022 PT. BMA melakukan pembelian barang dagang sebesar Rp 10.000.000, maka pembayaran paling lama tanggal 31 Januari 2022.
Jurnal saat pembelian :
10/1/2022 (D) Pembelian                             Rp 10.000.000
                  (K)       Utang Usaha                               Rp 10.000.000

Jurnal saat pembayaran :
31/1/2022 (D) Utang Usaha                          Rp 10.000.000
                  (K)       Kas                                                Rp 10.000.000

5. EOM, n/10
    Syarat pembayaran jual beli yang harus dilakukan paling lama 10 hari setelah akhir bulan transaksi terjadi. Misalnya tanggal 10 Januari 2022 PT. BMA membeli barang dagang sebesar Rp 10.000.000, maka pembayaran paling lama tanggal 10 Februari 2022.
Jurnal saat pembelian :
10/1/2022 (D) Pembelian                              Rp 10.000.000
                  (K)        Utang Usaha                               Rp 10.000.000

Jurnal saat pembayaran :
10/2/2022 (D) Utang Usaha                           Rp 10.000.000
                  (K)        Kas                                                Rp 10.000.000

6. EOM, 2/10
    Syarat pembayaran jual beli yang harus dilakukan paling lama akhir bulan setelah tanggal transaksi terjadi, dan apabila dilakukan dalam jangka waktu 10 hari atau kurang setelah transaksi terjadi maka mendapatkan potongan sebesar 2%. Misalnya tanggal 10 Januari 2022 PT. BMA melakukan pembelian barang dagang sebesar Rp 10.000.000, maka pembayaran paling lama tanggal 31 Januari 2022. Apabila pembayaran dilakukan pada tanggal 16 Januari 2022, maka mendapatkan potongan 2%.
Jurnal saat pembelian :
10/1/2022 (D) Pembelian                           Rp  10.000.000
                  (K)        Utang Usaha                            Rp 10.000.000

Jurnal saat pembayaran dalam jangka waktu 10 hari :
16/1/2022 (D) Utang Usaha                        Rp  10.000.000
                  (K)        Potongan Pembelian               Rp     200.000
                  (K)        Kas                                              Rp  9.800.000 

Jurnal saat pembayaran dalam waktu akhir bulan :
31/1/2022 (D) Utang Usaha                        Rp  10.000.000
                  (K)        Kas                                              Rp 10.000.000     

18 May 2022

SUBJEK PAJAK, PAJAK SUBJEKTIF, TAX AVOIDANCE, DAN PERHITUNGAN PPH PASAL 21




Subjek pajak merupakan orang atau badan yang dikenakan pajak oleh negara. Subjek pajak ini dibagi menjadi 4 kategori yaitu :

a.      Orang pribadi: Bagi seluruh WNI atau WNA yang tinggal di Indonesia maupun di luar negeri, namun memiliki pendapatan dari Indonesia maka mereka akan diberlakukan pajak orang pribadi.

b.        Badan: Bagi seluruh badan yang berdiri dan berkembang di Indonesia masuk ke dalam ketentuan subjek pajak badan, terkecuali untuk badan yang bersifat non-komersial dan juga yang mendapatkan biaya dari APBN/APBD.

c.    Warisan yang belum terbagi: Bagi seluruh pewaris yang akan membagi dan menurunkan warisannya, maka pewaris wajib mendaftarkan harta bendanya dan membayarkan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk subjek pajak dengan kategori warisan yang belum terbagi.

d.     Bentuk usaha tetap: Bagi seluruh kantor, gedung, pabrik, bengkel, gudang, dan lainnya yang didirikan oleh WNI maupun WNA yang bertempat tinggal di Indonesia, maka mereka akan dikenakan pajak bentuk usaha tetap.

Sedangkan pajak subjektif adalah pungutan pajak yang berasal dari Wajib Pajak (WP) orang pribadi. Dimana WP orang pribadi tersebut telah memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) sebagai syarat administrasi untuk melaksanakan hak dan kewajiban pajaknya. Sedangkan untuk contoh dari pajak subjektif yaitu pajak penghasilan atau PPh. Yang mana pungutan PPh didasarkan pada penghasilan atau pemasukan yang diperoleh wajib pajak (WP) dalam satu periode tahun pajak. Pajak penghasilan (PPh) umumnya dikenakan kepada wajib pajak yang memperoleh tambahan nilai ekonomis dari penghasilannya. Secara umum, jenis PPh terbagi menjadi PPh pasal 21, PPh pasal 15, PPh pasal 22 dan PPh pasal 23. Dimana setiap jenis PPh tersebut memiliki ketentuan dan tarif pajak yang berbeda-beda.


    Secara umum. tax avoidance adalah skema penghindaran pajak yang bertujuan mengurangi beban pajak dengan memanfaatkan celah yang ada pada ketentuan perpajakan. Baik ketentuan perpajakan internasional maupun perpajakan dari negara bersangkutan. Sehingga tidak heran, jika tax avoidance dianggap sebagai aktivitas legal karena penghindaran pajak yang diperbolehkan (acceptable tax avoidance), dengan karateristik memiliki tujuan yang baik, bukan untuk menghindari pajak, dan tidak melakukan transaksi palsu.

Contoh tax avoidance adalah sebagai berikut :

a.    Pinjaman ke bank yang nominalnya besar

Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang- Undang Pajak Penghasilan memasukkan bunga menjadi biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha. Wajib pajak meminjam ke bank dengan nominal yang besar sehingga bunga pinjaman semakin besar pula, bunga pinjaman ini dibebankan dalam laporan keuangan fiskal wajib pajak, tetapi pinjaman tersebut bukan untuk menambah modal wajib pajak sehingga penjualan tidak berkembang dan membuat keuntungan  tidak bertambah.

b.   Hibah

    Hibah yang terdapat dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a angka 2 UU No.36 tahun 2008 mengatur bahwa harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dikecualikan dari objek Pajak. Harta hibahan seperti tanah dan bangunan yang diberikan oleh kakek kepada cucunya merupakan objek pajak karena harta hibahan yang diterima bukan dalam garis keturunan lurus satu derajat. Wajib pajak seperti kakek tersebut mencari celah agar tidak dikenakan PPh dengan cara memberi harta hibahan ke Tn. A yang merupakan anak dari sang kakek, kemudian harta yang secara sah sudah menjadi milik Tn. A diberikan lagi ke Tn. B yang merupakan anak dari Tn. A (cucu sang kakek).



Tuan Rofiq adalah seorang karyawan PT.Anugrah Jaya , pada tanggal 1 Januari 2020 status kawin tanpa tanggungan. Pada tanggal 2 Januari 2020 Rofiq memiliki 2 orang anak. Berapakah besarnya PTKP Tuan Rofiq tahun 2020 ?

Jawaban :

PTKP Tuan Rofiq tahun 2020

WP Pribadi                                          Rp 54.000.000

Status Menikah                                   Rp   4.500.000

Tanggungan (2 x 4.500.000)               Rp   9.000.000

     Jumlah PTKP                              Rp 67.500.000


Tuan Jaya berstatus K/2. Mempunyai tanggungan seorang anak dan seorang adik kandung. Tuan Jaya bekerja pada PT “Maju“ . Tuan Jaya memperoleh gaji pokok (gapok) sebulan sebesar Rp 8.000.000,- Perusahaan memberi makan siang setiap karyawannya bila diuangkan sebulan sebesar Rp. 750.000,- . Perusahaan juga memberikan uang transpot sebulan sebesar Rp. 600.000,- .PT “Maju membayar iuran pensiun sebesar 3 % dari gapok dan Tuan Jaya membayar iuran pensiun 2 % dari gapok , istri Tuan Jaya tidak bekerja. Berapakah PPh Pasal 21 terutang Tuan Jaya sebulan ?

Jawaban :

Gaji Pokok                                                                  Rp 8.000.000

Tunjangan Makan                                                       Rp    750.000

Tunjangan Transport                                                   Rp    600.000

Iuran Pensiun (3% x Rp 8.000.000)                            Rp    240.000 +

     Penghasilan Bruto                                                Rp 9.590.000

 

Pengurangan :

Biaya jabatan (5% x Rp 9.590.000)    Rp 479.500

Iuran Pensiun (2% x Rp 8.000.000)    Rp 160.000 +

                                                                                    Rp    639.500 –

     Penghasilan Neto Sebulan                                   Rp 8.950.500

 Penghasilan Neto Setahun (12 x Rp 8.950.500)         Rp 107.406.000

PTKP :

WP Pribadi                                          Rp 54.000.000

Status Menikah                                   Rp   4.500.000

Tanggungan (2 x Rp 4.500.000)         Rp   9.000.000 +

                                                                                    Rp   67.500.000 -                                          

      Penghasilan Kena Pajak Setahun                     Rp   39.906.000

PPh Terutang :

5% x Rp 39.906.000   = Rp 1.995.300

 

PPh Pasal 21 sebulan (1.995.300/12 bulan)    = Rp 166.275    


14 April 2022

PERHITUNGAN PPH PASAL 22

 


Soal 1

Perusahaan PT. Alam Sumatera berada di Medan, dan perusahaan ini merupakan pemasok perlengkapan kantor bagi Dinas Kesehatan Kota Medan. Pada tanggal 1 November 2020, PT. Alam Sejahtera melakukan penyerahan barang kena pajak dengan nilai kontrak sebesar Rp 12.000.000 (nilai sudah termasuk PPN). Maka, berapakah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Dinas Kesehatan Kota Medan ?

 

Penyelesaian :

Nilai kontrak perlengkapan kantor                                          Rp 12.000.000

DPP (100/110) x Rp 12.000.000                                            Rp 10.909.091

PPN Dipungut (10% x Rp 10.909.091)                                  Rp   1.090.909

PPh pasal 22 yang dipungut (1,5% x Rp 10.909.091)        Rp      163.636

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya PPh pasal 22 yang akan dipungut oleh Dinas Kesehatan kota Medan yaitu sebesar Rp 163.636. Perhitungan tersebut diperoleh dari harga pembelian perlengkapan kantor yang tidak termasuk PPN sebesar 10%.

 

Soal 2

Pada tanggal 1 Januari 2020, PT. Sejahtera melakukan impor barang dari Inggris dengan harga faktur US $98.000. Barang yang diimpor adalah jenis barang yang tidak termasuk dalam barang-barang tertentu yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 16/PMK.010/2016. Biaya asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 6% dari harga faktur dan biaya angkut sebesar 10% dari harga faktur. Bea masuk dan bea masuk tambahan masing-masing sebesar 20% dan 10%. Kurs yang ditetapkan Menteri Keuangan pada saat itu sebesar US$1= Rp14.000. Hitunglah PPh Pasal 22 yang dipungut oleh Ditjen Bea Cukai jika PT. Sejahtera memiliki API (Angka Pengenal Impor) dan jika tidak memiliki API?

 

Penyelesaian :

Harga Faktur barang impor                                                     $   98.000

Biaya Asuransi (6% x $ 98.000)                                             $     5.880

Biaya Angkut (10% x $ 98.000)                                             $     9.800

     Jumlah Faktur, Biaya Asuransi dan Biaya Angkut            $ 113.680                   

Jumlah dalam rupiah (Rp 14.000 x $ 113.680)                                               Rp 1.591.520.000

Bea Masuk (20% x Rp 1.591.520.000)                                                           Rp    318.304.000

Bea Masuk Tambahan (10% x Rp 1.591.520.000)                                         Rp    159.152.000

     Jumlah nilai impor                                                                                   Rp 2.068.976.000

 

Berdasarkan perhitungan di atas, maka jumlah nilai impor adalah Rp 2.068.976.000. Adapun PPh pasal 22 yang akan dipungut adalah sebagai berikut :

PPh Pasal yang dipungut Bea Cukai jika PT. Sejahtera jika memiliki API (2,5% x Nilai Impor):
2,5% x Rp
2.068.976.000 = Rp 51.724.440

PPh Pasal 22 yang dipungut Bea Cukai jika PT. Sejahtera jika tidak memiliki API (7,5% x Nilai Impor):
7,5%
x Rp 2.068.976.000 = Rp 155.173.200